Klinik Kopi

Yogyakarta

Ini pertama kalinya saya ke Yogyakarta. Iya, benar, baru sekali saya ke Jogja. Malu maluin ya baru ke Jogja sekarang, hehehehe! Ga apa apa daripada ngga sama sekalii. >,< *pembelaan* . Well, mmmmh karena baru sekali ke Jogja jugaaaa, jadinya saya emang prepare banget pengen ke beberapa tempat yang bagus. Dengan waktu yang terbatas dan keinginan yang banyak juga ni.

Singkat cerita, karena filmnya Cinta Rangga nya Ada Apa Dengan Cinta bagian dua ini di adain di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jadiiiii kaya pengen tau aja kaya gimana sih kota Jogya ini. Pasti masih pada inget kan bagian scene Cinta yang ngajak Rangga ke tempat ngopinya mas Pepeng? Kita bakal review tempat kopi yang didatengin sama Cinta dan Rangga tadi. Nama tempat ngopinya yaitu Klinik Kopi.

Saya berdua saja waktu ke Jogja, bukan sama suami pula. Tapi atas ijin suami saya pergi berdua dengan sahabat saya Ranty. Kami pergi dari hari Jumat siang dan pulang kembali hari Minggu. TIga hari yang harus dimaksimalkan pikir saya. Hari pertama kami setibanya di hotel 101 daerah Malioboro siang menjelang sore, setelah menaruh koper serta bersih bersih, kami langsung lanjut berjalan kaki menelusuri jalan Malioboro. Dan ga lupa makan angkringan malemnya.

Lanjut hari kedua kami, hari itu penuh banget jadwal, dan bener deh ga bisa kita datengin semua. Cuma sempet ke Candi Prambanan, Tebing breksi, De Arca , De Mata, Klinik Kopi, makan angkringan lagi malamnya dan kami pun menyempatkan ke cafe untuk ngopi yang letaknya pas banget bersebelahan dengan hotel kami menginap.

Sore itu hujan mengguyur kota Jogja, tapi ga ngurangin niat saya yang menggebu gebu untuk tetep nyari klinik kopi. Berhubung supirnya tau jalan jadi kami hanya duduk manis menikmati setiap jalan Yogyakarta yang kami lewati. Berasa jauuuh dan agak masuk pelosok. Walau supirnya asli orang Jogja tapi beliau belum pernah ke klinik kopi ternyata. Jadi beliau pun sekalian ingin tahu seperti apa klinik kopi yang selalu ramai dibicarakan orang orang. Akhirnya kami sampai ke tujuan. Banyak sekali mobil yang parkir. Saya berenti dan turun dari mobil. Mencari cari tempatnya, Tempat yang sangat sederhana, tidak ada tulisan klinik kopi. Banyak sekali rotan dan ada tulisan “Open” yang menandakan bahwa itulah Klinik Kopi yang kami cari. Bukan cafe, bukan restoran. Hanya tempat kopi sederhana. Masuk perlahan melewati pintu rotan tadi. Dengan pijakan bebatuan yang disusun rapi. Kanan kiri dipenuhi dengan pepohonan dan ada bangku bangku dari rotan untuk pengunjung yang menunggu sambil merokok. Agak masuk ke dalam, lampu lampu redup yang membuat suasana sore yang hujan kala itu menjadi hangat. Ga ada bangku istimewa atau “kekinian” seperti di cafe cafe ibu kota, hanya ada area lesehan beralaskan keramik warna warni yang luas. Banyak pengunjung duduk menunggu antrian disana.

Awalnya saya bingung, saya mesti bagaimana, mesti memesan dulu atau bagaimana. Melihat kanan kiri, akhirnya saya di sambut oleh salah satu pria yang berdiri didepan pintu. Lalu saya ditawarkan mau menunggukah? soalnya antriannya masih panjang. Saya diberi nomor 20, sementara masih antrian nomor 8 yang sedang berlangsung. Di jelaskan juga bahwa setiap nomer waktunya 10 menit. Wow luar biasa! Ya pasti saya menunggulaaah. Kapan lagi saya ke Yogyakarta. Mmmmh berarti 12 antrian lagi dikali 10 menit, kurang lebih saya menunggu hampir 2 jam. Ok, saya siap! hahaha!

No antrian 20

Lokasi Klinik Kopi

Klinik kopi berlokasi di Jl. Kaliurang Km7.5 (Gg. Madukoro – Sebelah utara Gardu PLN) Yogyakarta

Buka setiap hari Senin – Sabtu jam 16.00 sore sampe last order jam 20.00 malem

Tempat Klinik Kopi

Waktu menunggu dipanggil saya gunakan untuk foto foto. Karena menunggu nya lumayan lama, ruang lesehan nya ternyata disediakan colokan yang lumayan banyak. Mungkin biar ga berebutan hihihi! Dan kita dibolehkan untuk foto foto sambil menunggu. Yang ga boleh yaitu nanya nanya atau ganggu mas Pepengnya. hahahaha! Semakin kita ganggu semakin lama antriannyaaaa.

Ini dia beberapa foto yang saya ambil waktu itu, beruntungnya saya dateng jam 5 jadi bisa foto keadaan terang dan dalam keadaan gelap juga pas menjelang malam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Beberapa pengunjung dengan sabar menunggu di panggil. Layaknya sebuah klinik kesehatan, kita rela antri menunggu giliran. Saya kembali diam dan mengingat kembali bagian scene AADC2. Ruang tunggu lesehan yang waktu Rangga dan Cinta duduk menikmati kopi dari klinik kopi ini membuat saya senyum  senyum sendiri. Walau ga bisa ketemu mereka tapi membayangkan mereka pernah shooting film di lokasi ini saja membuat saya senang. Ruang lesehan sederhana yang dilengkapi dengan foto foto yang di gantung rapi, beberapa foto yang menceritakan tentang perkebunan kopi mereka, membuat suasana menunggu tidak membosankan. Seperti mengeksplore lebih jauh tentang kopi dan konsep klinik kopi itu sendiri.

Saya lanjutkan untuk melihat jendela sebelah ruang brewing. Sepertinya itu ruang industri untuk menggiling biji kopi. Dibiarkan terlihat dan di taro begitu saja biar kami bisa melihat langsung alat roasting biji kopi tersebut.

 

Bisa menunggu dan menikmati kopi di ruangan ini. Ada lagi beberapa foto yang di frame sehingga lebih rapi. Foto foto tentang kegiatan berkebun kopi, mengambil biji kopi, mengolah dan lainnya.

 

Lanjut di luar pintu, ada dua buah “bakul” rotan dengan tulisan “Tempat Gelas Kotor” . Buat kalian yang sudah selesai meminum kopi langsung masukkan gelas kotornya di tempat tadi. Ide yang bagus membiasakan orang orang untuk lebih bertanggung jawab dan rapi.

Foto ini saya ambil di luar pintu. Mengintip mas Pepeng yang sedang menjelaskan dan melayani penikmat kopi. Persis seperti di film AADC2. hihihi. Jadi bikin saya senyum lagi mengingat filmnya. Gaya pakaian, topi dan suara mas Pepeng persis sama seperti di filmnya. Makin ga sabar untuk cepet cepet di panggil dan mencoba kopinya! >.<

 

 

 

Klinik kopi juga menyediakan beberapa snack buat temen minum kopi. Snack yang mereka sediakan bekerja sama dengan “dapur tetangga” . Menu yang disediakan kala itu Choco Brownies, Klappertaart dan Pizza Bread, Dengan harga yang terjangkau juga hanya 10.000 Rupiah. Nikmat kan, bisa dimakan sambil minum kopi atau bisa dimakan sambil menunggu antrian.

 

 

Dan akhirnya nomor antrian saya dipanggil. Yeay! Ga sampai dua jam ternyata. Fiuh, karena terlalu senang dan excited sampe speechless pas ditanya sama Mas Pepeng. Hahahaha! Pertanyaan pertama “suka kopi kaya gimana?” karena di klinik kopi ga ada gula, ya memang kopi item itu enak dinikmati tanpa gula. Beliau mengenalkan beberapa beans yang diproduksi di klinik kopi. Saya di suruh memilih salah satunya. Mata saya masih terkagum kagum dengan beberapa beans yang di pajang rapi di meja. Beberapa biji kopi yang ditulis nama dan penjelasannya. Seperti Yellow Catura, Bu Nur, Red Bourbon, Senggani dan Juria. Setelah beberapa percakapan pilihan saya jatuh kepada beans “Bu Nur Solok Sumatera Barat”. Mas Pepeng juga menyapa kami dengan hangat, dan melontarkan beberapa pertanyaan kepada kami. Suka mengopi atau tidak? , tau klinik kopi dari mana?,  suka kopi yang seperti apa?

Mas Pepeng bercerita bahwa pas empat bulan lalu itu ternyata tepat satu tahunnya AADC2 shooting di klinik kopi, Mas Pepeng langsung mengambil hpnya dan menunjukkan kepada saya video pas shooting AADC2 berlangsung. Wah seneng sekali rasanya. Makasi mas Pepeng.

Balik lagi ke beans yang kami pilih, yang dijagoin di klinik kopi untuk beansnya yaitu Yellow Catura dan Bu Nur. Dengan karakter Fruity untuk yellow catura dan rasa yang manis untuk Bu Nur. Karena teman saya ga pernah minum kopi, dan mas Pepeng bilang mesti coba karena udah jauh jauh dari Bogor ke Jogya. hahaha! Dengan proses pembuatan kopi dengan metode Pour Over yang ga terlalu lama proses pembuatannya. Akhirnya kopi kami jadi. Warna kopi yang tidak begitu pekat serta aroma manis. Satu tegukan membuat saya puas akhirnya bisa mencoba kopi di sini. Rasa manis yang langsung terasa di lidah. Membuktikan bahwa kopi benar benar bisa manis tanpa gula dengan bagaimana cara kita memproses kopi tersebut. Oh iya, Klinik kopi juga menjual beberapa biji kopi. Biasanya ditanya sama mas Pepeng kopinya biasa dibuat dengan metode apa. Jadi nanti mas Pepeng rekomendasiin deh kopinya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Akhirnya saya selesai menyeruput kopi bu Nur ini. Masih banyak banget pertanyaan yang ingin saya tanya, mengobrol dan berbagi cerita dengan mas Pepeng. Tapi dengan keterbatasan waktu dan antrian pengunjung yang masih ramai, keinginan itu jadi saya urungkan. Mmmmh.. sengaja saya upload banyak foto biar bisa mengurangi rasa penasaran tentang klinik kopi Jogja.

Bingung ni, berapa harga segelas kopinya? Untuk daftar menunya aja ga ada. Ternyataaa harganya cuma 15.000 rupiah aja. Boleh kasih lebih, dan tinggal memasukkan uang kita ke dalam tempat yang sudah di sediakan. Dan ga lupa untuk berfoto bersama mas Pepeng. Terima kasih banyak buat kopi yang nikmat. Sukses terus buat Klinik Kopi. Kalau kapan kapan ke Bogor bisa hubungin saya buat cobain beberapa tempat ngopi di Bogor. hahaha! *Ngarep*

Sekian sedikit cerita saya tentang klinik kopi. Maaf jika informasinya ga begitu lengkap. Terima kasih juga buat kalian yang selalu membaca blog saya. Yeay!

bersama mas Pepeng
berfoto di ruang roasting sambil menunggu antrian
finally minum kopi di klinik kopi

 

akhirnya cobain kopi item jugaaa hihihi!

Leave a Reply

Your email address will not be published.